
Brand naming adalah proses identifikasi nama untuk sebuah produk, jasa, maupun perusahaan. Prosesnya melalui beberapa tahap, seperti riset, brainstorming, sampai pengurusan hak paten (trademark) untuk memastikan bahwa nama tersebut bisa digunakan dan masih tersedia dalam mata hukum. Lalu, bagaimana langkah membuat nama brand agar relevan serta mudah diingat oleh customer atau audience Anda?
1. Discovery: Proses Riset
Idealnya, proses pemilihan nama brand harus melalui riset dan mengetahui positioning, sehingga dibutuhkan sejumlah data yang relevan. Walaupun brand sudah memiliki positioning, ada beberapa hal yang harus dievaluasi. Poin ini seperti menentukan target audience untuk memastikan nama brand sesuai dengan selera, karakteristik, dan goals mereka. Selanjutnya, jangan lupa lakukan studi industri untuk mengetahui nama yang ramai di industri serupa. Studi industri juga bertujuan agar nantinya brand naming yang Anda buat terasa nyaman di industri pasar.
Contoh nama brand yang bisa Anda pertimbangkan:
- Descriptive (E*Trade, General Motors, Bank of America)
- Evocative (Nike, Patagonia, Amazon)
- Invented (Exxon, Kodak, Xerox)
- Lexical (Dunkin’ Donuts, Krazy Glue, Krispy Kreme)
- Acronymic (IBM, UPS, BMW)
- Geographical (New York Life, Nantucket Nectars, American Airlines)
- Founder (Ben & Jerry’s, Martha Stewart, Ralph Lauren)
Satu hal yang harus Anda tanamkan, nama brand yang baik tidak akan menggambarkan semua hal dalam organisasi, namun hanya fokus kepada hal-hal yang utama saja.
2. Brainstorming
Setelah melalui tahap riset, gunakan positioning brand Anda untuk mencari ide nama yang tepat. Berpikirlah di luar pakem yang biasa. Gunakan beberapa brainstorming tools dan teknik, seperti Thesaurus, Mind-mapping, Glosaries, serta Online Naming. Dari sini, Anda akan mendapatkan beberapa data mentah yang bisa diolah ke tahap berikutnya. Buatlah konsep dan bangun brand naming Anda.
3. Penyempurnaan
Hasil dari brainstorming adalah sekumpulan konsep. Pada fase ini, Anda akan menuliskan beberapa nama yang mungkin menjadi hasil akhir dari konsep tersebut. Selanjutnya, yang harus dipikirkan adalah bagaimana jika nama tersebut muncul dalam logo? Bagaimana penampilannya pada website Anda? Bagaimana bunyi nama itu saat diucapkan?
Anda juga dapat mencoba mencari nama tersebut di Google dan lihat apa yang keluar. Jika muncul pemberitaan positif, berarti sudah tepat. Kebalikannya, apabila justru menghasilkan konotasi negatif, nama tersebut harus diubah.
4. Testing
Sebelum muncul satu nama terakhir, semua list nama yang ada sebaiknya melewati beberapa tes faktor kualitatif, seperti apakah nama tersebut cukup menjual, bagaimana nama tersebut secara visual, revelansinya dengan brand voice, dan apakah nama tersebut membuat perbedaan yang signifikan dengan kompetitor. Hal lain yang perlu dipertimbangkan adalah legal dan hak cipta. Nama tersebut tidak boleh bertabrakan dengan brand yang sudah ada.
5. Pemilihan
Tahap terakhir mungkin saja terasa sulit. Pada akhirnya, memilih nama melibatkan intuisi, memilih yang paling tepat dan relevan dengan karakteristik brand.
Satu hal yang harus diingat, tidak ada satu nama pun yang bisa memuaskan semua orang. Pasti ada saja kritikan, baik dari dalam maupun dari luar organisasi. Selamat menemukan nama terbaik!