Mungkin Anda masih bertanya-tanya, apakah Google adalah search engine yang tidak ada lawannya sampai saat ini? Ternyata ada jawaban mengejutkan. Sebanyak 40% dari generasi muda menjadikan TikTok dan Instagram sebagai platform search engine. Generasi Z dan generasi yang lebih muda adalah generasi yang tumbuh beriringan dengan akses internet dan smartphone, sehingga kebiasaan pencarian mereka sangat berbeda dari generasi sebelumnya. Sebagai contoh, mereka lebih cenderung menggunakan pencarian suara yang didukung oleh AI. Ini mengharuskan bisnis untuk mulai mengadaptasi strategi pemasaran baru dan menyertakan pencarian suara.
Mengapa Gen Z dan generasi yang lebih muda menggunakan TikTok sebagai search engine?
1. Konten yang Menarik Perhatian Gen Z
Keberadaan internet dan smartphone sudah dapat diakses jauh sebelum Gen Z pertama lahir. Namun, mereka tumbuh pada era digitalisasi dengan teknologi yang terus diperbarui setiap tahunnya. Generasi Z dan generasi yang lebih muda terbiasa memperoleh informasi dari ujung jari mereka. Mereka tidak terbiasa menunggu koneksi dial-up atau mendapatkan informasi dari buku di perpustakaan.
Ketika generasi muda mencari konten di mesin pencarian organik, mereka akan disambut dengan beragam halaman web yang memuat banyak informasi. Namun, jika pencarian dilakukan di TikTok, maka akan tampil video berdurasi pendek yang berisi jawaban atas pertanyaan mereka dengan cara yang sederhana dan to the point. Karena itu, pemilik bisnis harus mulai memikirkan rencana pemasaran semacam ini untuk menjangkau Gen Z dan generasi di bawahnya.
2. Memaksimalkan SEO untuk Semua Portal
Perusahaan memerlukan strategi SEO yang efektif untuk memudahkan audience menemukan konten mereka. SEO begitu penting untuk saat ini dan di masa depan.
Strategi SEO akan digunakan untuk membuat algoritma yang akan menampilkan konten tertentu, terlepas dari platformnya. Dengan ketertarikan generasi muda di TikTok, pemilik bisnis harus menggunakan kata kunci yang relevan, hashtag, dan memanfaatkan tren populer untuk meningkatkan visibilitas. Gen Z berharap akan melihat konten (termasuk iklan) yang relevan dengan minat mereka. Ini berarti bahwa teknik pemasaran harus selalu memperhatikan SEO di semua tahap sehingga memudahkan algoritma untuk membuat konten mereka terlihat.
3. Gen Z Berfokus Pada Kualitas Produk bukan Loyalitas Brand
Generasi Z cenderung tidak loyal pada sebuah brand, tidak seperti generasi sebelumnya. Ini menyebabkan program berbasis loyalitas kurang berguna pada Gen Z. Mereka berfokus kepada penawaran terbaik yang tercermin dalam pencarian mereka. Sebanyak 56,1% Generasi Z menggunakan kata "terbaik" dalam pencarian mereka dibandingkan dengan Boomers (30,3%) dan Gen X (32%).
Dengan banyaknya pilihan yang tersedia saat ini dan review produk atau jasa yang akan digunakan, generasi muda lebih fokus untuk menemukan produk, kualitas, layanan, serta fitur yang terbaik, dibandingkan dengan loyalitas terhadap sebuah brand.
4. Mendaur Ulang Konten
Membuat konten adalah kegiatan yang membutuhkan banyak waktu, baik itu video panjang atau yang hanya berdurasi 30 detik. Setiap pembuatan konten akan melalui beberapa tahap seperti brainstorming, meneliti, menulis/merekam, dan kemudian editing.
Untuk menjangkau audience dari semua generasi dan berdasarkan preferensi masing-masing, Anda dapat menggunakan teknik daur ulang konten. Dengan kata lain, satu konten dapat didaur ulang menjadi beberapa bagian yang berbeda untuk digunakan pada platform yang berbeda. Sebagai contoh, sebuah artikel yang membandingkan 5 software pemasaran email terbaik dapat diubah menjadi sebuah video perbandingan di YouTube dan hal lain seperti review dapat dibuat menjadi 5 video TikTok dari setiap ulasan software.
Namun demikian, Peter Lee dari Famlee Digital mengatakan bahwa media sosial tidak akan menggantikan search engine. Pencarian organik masih memiliki pengaruh paling besar di semua saluran pemasaran. Hanya perlu penekanan dengan memaksimalkan SEO di mesin pencari dan media sosial.